Jumat, 05 Januari 2018

Mengendalikan Emosi Ketika Anak Membuat Orang Tua Kesal



Emosi


Assalamualaikum...

Pernahkah kalian merasa bahwa disaat kita sejenak beristirahat dari segala aktifitas yang dilakukan tiba-tiba si anak melakukan hal yang membuat emosi kita semakin meningkat padahal kita sudah begitu banyak meluangkan waktu bermain dengannya??

Seringkali kita sebagai ibu tidak pernah bisa menghindari emosi yang secara alamiah datang dengan sendirinya. Sama halnya saya pribadi,jujur saya termasuk ibu yang mudah sekali emosi sampai detik ini masih berusaha mengendalikan emosi untuk lebih baik lagi agar si anak tidak terlalu kecewa dengan saya.


Terkadang kita merasa kesal saat beristirahat tiba-tiba dikagetkan dengan ulah anak kita,kalau di pikir-pikir itu hanya kecil yang sebetulnya bisa dia lakukan tanpa merajuk kepada kita. Bahkan ada yang tega hati melakukan tindak fisik kepada sang anak. Adapun juga orang tua yang sampai tega memarahiya hingga mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan. Kebetulan saya sering sekali mendengar anak tetangga sebelah menangis hingga terisak-isak sambil memohon supaya ibunya tidak marah-marah lagi,entah apa yang di lakukan anak ini hingga emosi ibunya tidak terkontrol. Sungguh sangat miris kalau mendengarnya,jujur saya pun bukan termasuk ibu yang baik karna saya juga masih sering memarahi zahrani.



Namun dalam sejauh saya emosi alhamdulilah tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya di ucapkan kepada zahrani "Naudzubillahi..." semoga saya dijauhkan rasa emosi yang berlebihan. Saya selalu segera mengambil air wudhu ketika saya memarahi zahrani,lalu setelah itu memanggil dia dan memeluk dia seraya berkata "maafkan bunda ya".

Dalam mengasuh atau menjaga anak-anak, tentu kadangkala emosi kita adakalanya tidak terkawal. Mendidik anak memerlukan kesabaran yang luas. Anak-anak, dengan segala tingkah polah mereka yang masih polos, kerap berbenturan dengan pikiran orangtua yang memakai logika. Sayangnya kita sebagai orang tua masih kewalahan dalam menghadapi tingkah laku anak sendiri. Pada saat kita sedang dalam kondisi stres, kita seringkali merasa berhak untuk melampiaskan kemarahan pada anak.

Mengapa kita memarahi anak??

Tak jarang kita sebagai orang dewasa suka bertindak irasional kalau sudah menghadapi anak. Dan bahkan membuat kita berperilaku kekanakan. Begitu pula halnya dengan anak kita. Mereka sering berperilaku menyebalkan dan seolah menguji kesabaran kita karena ya mereka memang anak kita.
Tentu saja, kita semua pasti pernah marah pada anak, bahkan terkadang marah besar.

Bagaimana cara mengendalikan amarah ??

Di saat kita diliputi amarah, secara fisik tubuh kita siap untuk berkelahi. Hormon dan neurotransmitter membanjiri tubuh kita. Otot menegang, detak jantung meningkat, napas terengah-engah. Mari kita belajar bersama-sama untuk lebih bisa mengendalikan emosi amarah.

1. Membuat aturan sebelum rasa amarah memuncak

Bila anak Anda melakukan sesuatu yang lama-lama semakin membuat Anda kesal cobalah untuk menghentikan terlebih dahulu kegiatan anda,lalu jelaskan kembali peraturan yang sudah di sepakati antara anda dan anak.

2. Mencari cara yang baik untuk anda mengatasi amarah

Jika anda sudah merasa sangat marah cari cara supaya untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Bahkan bila anda merasa harus melampiaskan secara fisik carilah tempat dimana anda bisa melampiaskannya dan tidak terlihat oleh si anak, misal kamar lalu mengunci dan memukul bantal atau melempar-lemparkan bantal ke dinding.

3. Ambilah waktu 5 menit

Ingatlah menasehati anak dalam kondisi marah itu tidaklah baik. Lebih baik menyendiri dulu sesaat hingga tenang lalu kembali dalam kondisi sudah stabil. Cobalah untuk tetp berusaha setenang mungkin,hindari saat amarah mulai tak terkendali agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Cobalah menggunakan waktu ini dengan baik yaitu menenangkan diri bukan semakin membangun amarah bahwa yang di lakukan anak itu salah dan anda benar. Cobalah untuk tarik napas dalam-dalam dan perlahan ucapkan kata-kata yang bisa menenangkan Anda berulang-ulang, contoh “Ini bukan sesuatu yang besar… Dia justru membutuhkan kasih sayang, pada saat ia bertingkah menyebalkan…dia hanya bertingkah karena membutuhkan perhatian aku… Semua ini akan segera selesai.”

4. Jangan langsung memberikan hukuman

Pahami dulu kondisi yang sedang di hadapi misal hal apa yang membuat si anak melakukan itu hingga membuat kita harus marah. Kita akan lebih bisa mendengar apa alasannya bertingkah demikian, dan bisa lebih berespon secara positif dan terkendali terhadap tingkah lakunya.

5. Hindari kekerasan fisik


Ini seringkali terjadi di seluruh dunia, banyak orang tua yang berusaha memendam perasaan marah hingga pada saat itu sudah tidak bisa di kendalikan dengan mudahnya memukul anak-anak. Memukul atau menampar akan membuat kita merasa lega sesaat namun semakin lama ini akan meningkatkan rasa amarah menjadi kekerasaan yang berakibat fatal. Lakukan apa pun untuk mengendalikan diri, termasuk meninggalkan ruangan tempat Anda marah. Apabila tidak dapat mengendalikan diri dan akhirnya memukul, mintalah maaf pada anak Anda, katakan padanya bahwa memukul itu salah dan tidak dapat dibenarkan, dan segeralah Anda mencari bantuan.

6. Kendalikan nada bicara dan memilah kalimat yang cocok

Penelitian menunjukkan bahwa semakin tenang kita berbicara, semakin tenang juga perasaan kita, dan orang lain akan meresponnya dengan tenang pula. Sebaliknya, jika kita banyak menggunakan kata-kata kasar, akan membuat kita dan juga orang yang mendengarkan merasa semakin kesal, dan situasi pun akan ikut memanas.

7. Masih Merasa Marah ??

Cari tahu perasaan apa yang kita alami,jangan terlalu menuruti rasa amarah kita. Jika merasa sulit selallu ingat bahwa marah hanyalah sebuah benteng untuk melindungi diri kita. Rasa marah membentengi diri kita dari perasaan rapuh. Menyingkirkan rasa marah, cari rasa ‘sakit’ atau ‘takut’ yang ada di balik kemarahan. Mari belajar mengatasi perasaan dan situasi tersebut.Apabila Anda bisa mengatasi perasaan yang sebenarnya Anda rasakan, kemarahan Anda pun akan hilang.

8. Cari cara mendisiplinkan anak

Banyak cara untuk mendisiplinkan anak ketimbang hanya dengan marah-marah saja, Sebenarnya, memarahi anak justru akan memunculkan perilaku lain yang salah. Dalam keluarga di mana orangtua tidak pernah membentak anaknya dan menerapkan saling empati satu sama lain, justru menghasilkan anak-anak yang penuh tanggung jawab pada usia yang masih sangat muda dan secara emosional mudah ‘diatur’.

9. Apabila menahan marah terus-menerus segara untuk melakakukan konseling.

Jangan merasa malu jika anda memang membutuhkan bantuan. Malah kita harusnya malu jika kita sebagai orang tua merusak anak secara "Psikologis" maupun "fisik".


Jujur saya secara pribadi merasa malu karena belom bisa mengendalikan emosi dengan benar. Namun kita sebagai orang tua pun secara individu adalah manusia yang juga mempunyai kesalahan. Tinggal bagaimana kita lebih berusaha lagi untuk mengendalikannya supaya anak-anak tidak merasa tersakiti oleh kita. Orang tua adalah guru pertama bagi anak.

Berikan pelukan hangat kepada anak dan meminta maaflah searaya berkata "Maafkan segala kekhilafan ibu...sungguh tidak ada maksud untuk menyakiti hatimu nak"

10 komentar:

Diyanika mengatakan...

Sama Mbak, aku juga masih sering kelepasan marah dengan nada yang tinggi. Kadang kalau mau marah aku ambil napas dulu, kemudian berdiri sejajar dengan Kakak dan ngomong dengan lembut sambil mengelus pipi atau rambutnya.

Dwi Arumantikawati mengatakan...

Saya juga pernah keceplosan, abis itu menyesal banget. Akhirnya kalau lagi emosi kadang menjauh dl beberapa saat, heuheu..

Ummu Tsaqib mengatakan...

Aih ini benar-benar mengingatkan saya banget. Betul itu, terkadang karena banyaknya tekanan aktifitas yang harus kita selesaikan membuat kita tidak bisa mengontrol emosi kita pada anak. Semoga kedepannya bisa lebih sabar lagi menghadapi anak. Aamiin

shela anjar rani mengatakan...

@Diyanika : Iya mba sama...aku juga sekarang kalo marah menghadap kebelakang dulu tarik nafas :D

@Dwi Arum : Penyesalan selalu datang paling akhir mba...seorang ibu pun hanya manusia biasa pasti pernah tidak sengaja melakukan kesalahn :)
Aku pun sampai sekarang masih suka kelepasn kontrol emosi :)

@Mutia Faridah :amin amin mba...

Adinda Tami mengatakan...

Hmm mbaaa anak saya lagi tantrum-an nih.. �� makasih yaa susah berbagi. Saya kalo capek suka kelepasan tapi habis itu nyesel sih. Biasanya suka tak peluk terus minta maaf.

susana kartikasari ummu Muizza mengatakan...

Saya juga jika keadaan sudah susah dikendalikan, memilih menjauh dari anak . Ambil nafas panjang, ambil wudhu.
Anak-anak akan mencari ibunya dengan sendirinya dan langsung memeluk meminta maaf, disitulah drama ibu dan anak saling minta maaf terjadi.
Kadang juga kelepasan ibunya yang nangis saat ga mempan nasehatnya ke anak, Alhamdulillah anak- anak jadi empati sama ibunya lalu minta maaf peluk ibunya.
Usia anak yang bervariasi mulai 11 tahun, 9 tahun, dan 3 tahun , berbeda-beda cara mengatasinya saat ibu dan anak sudah sama- sama emosi.
Alhamdulillah sudah bisa mengontrol tidak pernah main fisik ke anak saat marah.
Semoga kita mampu menjaga amanah dari Allah dengan sebaik-baik keadaan kita, Aamiin

Fanny f nila mengatakan...

Aku akuin, pernah marah2 ke anak.. Tapi syukurnya, blm pernah sampe ngeluarin kata2 kasar yg membuat mereka down.. Cuma prnh nyeseeeeel bgt krn wkt itu pernah mencubit si kaka :( . Nyeseeel banget. Setelah emosi turun, aku lgs peluk dan minta maaf. Ga pgn lg marahin mereka sampe hrs main fisik

shela anjar rani mengatakan...

ayo mba kita sama2 belajar meningkatkan kesabaran dan rasa maaf lagi 💪😁

shela anjar rani mengatakan...

luar biasa mba...amin ya allah 😊
semoga saya bisa seperti mba bisa mengajarkan rasa empati 😊

shela anjar rani mengatakan...

semua ibu pasti pernah melakukan kesalahan yg seharusnya tidak dia lakukan,jadi ayo mba kita sama2 belajar memahami rasa emosi kita terhadap anak 😊